Sebuah cerpen dadakan yang di buat di sela-sela kesibukan #halah. Entah ini terlalu pendek atau engga buat bisa di sebut sebuah cerpen. Silahkan baca saja~
---------------------------------------------------------------------------------------------
.
.
Hari ini… hari dimana jam pelajaran
di sekolah lebih sedikit dari biasanya, hari terakhir dalam satu minggunya.
Orang
normal menyebutnya hari sabtu, sementara anak anak sekolah menyebutnya “hari
kesenangan”. Tapi bagi Mocca sama saja, ia tetap pulang sore hari, kehidupan
sekolahnya dipenuhi dengan berbagai macam ekskul.
Mocca sedang berjalan dengan santai
di trotoar saat awan-awan cumolonimbus tiba-tiba mengepungnya. ah… cuaca cepat
sekali berubah, dan mocca tidak membawa apapun yang bisa melindungi tubuhnya
dari air hujan. Tanpa ampun hujan mengguyur dengan derasnya, membasahi tubuh
dan tas sekolah Mocca. ‘Berteduh!’ adalah hal pertama yang ada semua kepala
orang normal -dan mocca adalah orang normal-, jadi sebelum buku-buku pelajaran
dalam tasnya juga ikut basah, ia segera berteduh di pohon beringin pinggir
jalan.
“huff….dingin sekali” ucapnya
bergidig sambil memeluk tubuhnya sendiri. Mocca mengambil sebuah handphone di
saku roknya, dan dengan cepat mengetik sebuah pesan singkat :
Send to : Chino
<3 (0857********)
"Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk
tidak semakin telat.”
Sementara itu kulit di bagian lengannya mulai
terasa gatal .
“sial…” Mocca alergi udara dingin.
.
.
.
.
Hari ini Chino tidak bersekolah. Alasannya?
Sakit, ia merasa sedikit mual dan kepalanya pusing.
Ini…sudah jam 4 sore, seharusnya Mocca
sudah ada di kamarnya sejak setengah jam yang lalu, mau menjenguk Chino katanya.
“bukannya dia janji akan datang jam
setengah empat? Hhh! Dasar gadis pembohong!. Guman Chino sambil merapatkan
selimutnya.
“atau dia lupa?atau..dia terlalu
sibuk?hhh! dasar sok sibuk!atau….” belum sempat ia melanjutkan ocehannya Chino
melihat gulungan awan hitam di langit lewat jendela kamarnya, dan seketika
hujan turun dengan derasnya.
‘PING!’ Handphone yang ia letakan
di nakas samping ranjangnya berbunyi. 1 pesan baru dari Mocca.
From : Mocca <3 (0857********)
"Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk
tidak semakin telat.”
“Mocca???Kehujanan???!” ucapnya
dengan suara nyaring.
Entah dari mana Chino mendapatkan
kekuatan itu; secepat kilat Chino berlari, dengan sembarang ia menggambil
sebuah jaket yang ada di gantungan baju di belakang pintu kamarnya lalu menuju
ruang tengah dan mengambil sebuah payung, ia memakai sandal yang pertama ia
lihat di depan pintu rumah -sandal jepit bututnya-, berlari, dan menghilang di
ujung gang, pergi ketempat dimana –ia merasa- mocca berada.
.
.
.
.
Mocca mengetuk-ngetuk ujung
sepatunya.
“lama sekali hujannya…” ini sudah
jam empat lewat, Chino pasti sedang kesal menunggunya.
“hh~~ sekarang
dia pasti sedang selimutan sambil mengocehkan hal-hal buruk tentangku”. Nada suaranya kesal, tapi mulutnya tersenyum
membayangkan bagaimana Chino sedang mengoceh sendirian.
Tapi, pikirannya segera terhapus setelah
melihat seorang laki-laki muncul di ujung jalan sambil berlari-lari –Chino-. Ia
memakai T-shirt biru belel, celana trenning abu-abu, dan sandal jepit butut. Tangan
kirinya memegang jaket, sementara tangan kanannya memegang sebuah payung ; yang
masih ditutup.
Mocca segera menghampiri Chino. Dengan
nafas yang masih ngosngosan, Chino berhenti tepat dihadapan Mocca, dengan
terburu buru memakaikan jaket dan memayungi tubuh Mocca.
“Kamu ngak
apahh..hh…apakan??Alerginyahh…hhh..belum parahkan??”
Mocca memadang laki-laki
dihadapanya itu dengan takjub. Dan….
‘TUK!’ sebuah jitakan mendarat
tepat di kepala Chino, di iringi dengan suara kesakitan dari Chino dan senyum
yang tersungging di bibir Mocca.
Mocca kesal sekaligus senang. Coba
saja kalian pikir, bagaimana bisa Chino seperti ini??! Laki-laki di hadapannya
ini sedang sakit, kepalanya pusing dan perutnya mual. Tapi saat ini ia malah
berada di hadapannya, dengan bibir pucat dan nafas ngosngosan bertanya tentang
alerginya. Tapi…Chino melakukannya hanya demi Mocca, hanya karna Chino khawatir
dengan alerginya, hanya untuk membawakan payung dan jaket agar Mocca tidak
kehujanan dan kedinginan.
“apasih??!! kenapa malah menjitak
ku??!!”
Alih alih menjawab pertanyaan
Chino, Mocca malah tersenyum sambil mengarahkan payung itu kepada Chino. Jadi,
kini giliran tubuh Mocca yang tidak terpayungi.
“Dasar bodoh…padahal dari tadi kau
membawa jaket, dirimu sendiri malah memakai T-shirt tipis seperti itu. Padahal
kau membawa payung! kenapa tidak di pakai??”
Chino menggaruk kepalanya. ‘Benar juga, kenapa
aku tidak memakai payungnya ya…’ pikirnya.
“Tat…tapi kan aku membawa jaket dan
payung ini untukmu tau!” ujar Chino memberi pembelaan.
“Tetap saja!, harusnya kau juga
pake jaket dan pakai payung dulu! Kau itu sedang sakit…sekarang malah kehujanan
begini. Gimana kalau tambah parah???”
“Tapi kan kau juga sedang alergi!”
“Kau harusnya mementingkan dirimu
sendiri tau!”
Hah…memang percuma saja pembelaan
Chino, laki-laki…akan selalu kalah dalam hal mengomel. Sudahlah.
“Oke, Maaf” Ujar Chino pasrah ;
akhirnya.
Saat itu juga, dengan tiba-tiba, Mocca
memeluk tubuh Chino.
“Terimakasih…Terimakasih..”
Bisiknya, tapi Chino masih bisa mendengarnya ; dengan jelas.
“Kau , tidak boleh seperti ini
lagi! Membuatku khawatir tau!” Ucap Mocca sambil perlahan-lahan melepas
pelukannya.
Chino? Masih terlalu gembira dengan
kejadian barusan.
‘aku mendapatkan sebuah pelukan
dari Mocca??Mocca memelukku??Oh Tuhan Mocca memelukku!!!’ ujar hatinya gegap
gempita. Walaupun nyatanya, di luar, Chino berusaha keras menyembunyikan
kebahagiaanya. Karna…kalau tidak seperti ini, Chino mungkin sudah tertawa dan
melompat-lompat seperti orang gila.
“Sama-sama” ucapnya sambil berusaha
tersenyum sekeren dan semanis mungkin, lalu di balas senyum yang lebih manis
dari Mocca. Untuk beberapa detik, adegan itu terus berlanjut.
“Ayo pulang. Biar adil…kita pakai
payung ini berdua” Ujar Chino memecah suasana.
“Baiklah..”
Tepat beberapa langkah dari tempat
mereka berdiri, perlahan-lahan hujan menyusut menjadi gerimis, lalu berhenti.
Mereka kompak mendongakan kepalanya kelangit, saling pandang, dan terkekeh.
“lagi pula sebenarnya…kalaupun
hujan, percuma saja kita pakai payung..” ucap Chino sambil terkekeh.
Chino menutup payungnya, lalu
memegannya dengan tangan sebelah kiri. Karna sekarang…tangan sebelah kanannya
ia gunakan utuk menggenggam tangan Mocca.
Mereka pulang bersama. Chino
mengantar Mocca ke rumahnya, untungnya jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.
Soal sakit Chino?Alergi Mocca? Lupakan! Karna mereka
sendiri sudah lupa . Terlalu sibuk dengan rasa bahagia di hati mereka. J
.
.
.
.
(Epilog)
Keesokan harinya…keadaan Chino
memburuk, sampai tidak sangup berdiri dari ranjangnya. Sementara Mokka…langsung
di bawa oleh ibunya ke dokter spesialis kulit karna alerginya yang terus bertambah banyak dan memerah. Dan
sepertinya hari senin nanti, bangku mereka akan kosong sampai waktu yang tidak
bisa di tentukan.
End
No comments:
Post a Comment
Comment Please~~