Nov 22, 2013

CERPEN - (Judul : MoccaChino;Hujan)

Sebuah cerpen dadakan yang di buat di sela-sela kesibukan #halah. Entah ini terlalu pendek atau engga buat bisa di sebut sebuah cerpen. Silahkan baca saja~



---------------------------------------------------------------------------------------------
MoccaChino 
-Hujan-

.
.
.
.


Hari ini… hari dimana jam pelajaran di sekolah lebih sedikit dari biasanya, hari terakhir dalam satu minggunya.
Orang normal menyebutnya hari sabtu, sementara anak anak sekolah menyebutnya “hari kesenangan”. Tapi bagi Mocca sama saja, ia tetap pulang sore hari, kehidupan sekolahnya dipenuhi dengan berbagai macam ekskul.

Mocca sedang berjalan dengan santai di trotoar saat awan-awan cumolonimbus tiba-tiba mengepungnya. ah… cuaca cepat sekali berubah, dan mocca tidak membawa apapun yang bisa melindungi tubuhnya dari air hujan. Tanpa ampun hujan mengguyur dengan derasnya, membasahi tubuh dan tas sekolah Mocca. ‘Berteduh!’ adalah hal pertama yang ada semua kepala orang normal -dan mocca adalah orang normal-, jadi sebelum buku-buku pelajaran dalam tasnya juga ikut basah, ia segera berteduh di pohon beringin pinggir jalan.

“huff….dingin sekali” ucapnya bergidig sambil memeluk tubuhnya sendiri. Mocca mengambil sebuah handphone di saku roknya, dan dengan cepat mengetik sebuah pesan singkat :

   Send to : Chino <3 (0857********)
   "Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak                                   semakin telat.”

 Sementara itu kulit di bagian lengannya mulai terasa gatal .

“sial…”  Mocca alergi udara dingin.
.
.
.
.
Hari ini Chino tidak bersekolah. Alasannya? Sakit, ia merasa sedikit mual dan kepalanya pusing.
Ini…sudah jam 4 sore, seharusnya Mocca sudah ada di kamarnya sejak setengah jam yang lalu,  mau menjenguk Chino katanya.

“bukannya dia janji akan datang jam setengah empat? Hhh! Dasar gadis pembohong!. Guman Chino sambil merapatkan selimutnya.

“atau dia lupa?atau..dia terlalu sibuk?hhh! dasar sok sibuk!atau….” belum sempat ia melanjutkan ocehannya Chino melihat gulungan awan hitam di langit lewat jendela kamarnya, dan seketika hujan turun dengan derasnya.

‘PING!’ Handphone yang ia letakan di nakas samping ranjangnya berbunyi. 1 pesan baru dari Mocca.

   From  : Mocca <3 (0857********)
   "Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak                                  semakin telat.”

“Mocca???Kehujanan???!” ucapnya dengan suara nyaring.

Entah dari mana Chino mendapatkan kekuatan itu; secepat kilat Chino berlari, dengan sembarang ia menggambil sebuah jaket yang ada di gantungan baju di belakang pintu kamarnya lalu menuju ruang tengah dan mengambil sebuah payung, ia memakai sandal yang pertama ia lihat di depan pintu rumah -sandal jepit bututnya-, berlari, dan menghilang di ujung gang, pergi ketempat dimana –ia merasa- mocca berada.
.
.
.
.
Mocca mengetuk-ngetuk ujung sepatunya.

“lama sekali hujannya…” ini sudah jam empat lewat, Chino pasti sedang kesal menunggunya.

 “hh~~  sekarang dia pasti sedang selimutan sambil mengocehkan hal-hal buruk tentangku”.  Nada suaranya kesal, tapi mulutnya tersenyum membayangkan bagaimana Chino sedang mengoceh sendirian.

Tapi, pikirannya segera terhapus setelah melihat seorang laki-laki muncul di ujung jalan sambil berlari-lari –Chino-. Ia memakai T-shirt biru belel, celana trenning abu-abu, dan sandal jepit butut. Tangan kirinya memegang jaket, sementara tangan kanannya memegang sebuah payung ; yang masih ditutup.

Mocca segera menghampiri Chino. Dengan nafas yang masih ngosngosan, Chino berhenti tepat dihadapan Mocca, dengan terburu buru memakaikan jaket dan memayungi tubuh Mocca.

“Kamu ngak apahh..hh…apakan??Alerginyahh…hhh..belum parahkan??”
Mocca memadang laki-laki dihadapanya itu dengan takjub. Dan….
‘TUK!’ sebuah jitakan mendarat tepat di kepala Chino, di iringi dengan suara kesakitan dari Chino dan senyum yang tersungging di bibir Mocca.

Mocca kesal sekaligus senang. Coba saja kalian pikir, bagaimana bisa Chino seperti ini??! Laki-laki di hadapannya ini sedang sakit, kepalanya pusing dan perutnya mual. Tapi saat ini ia malah berada di hadapannya, dengan bibir pucat dan nafas ngosngosan bertanya tentang alerginya. Tapi…Chino melakukannya hanya demi Mocca, hanya karna Chino khawatir dengan alerginya, hanya untuk membawakan payung dan jaket agar Mocca tidak kehujanan dan kedinginan.

“apasih??!! kenapa malah menjitak ku??!!”

Alih alih menjawab pertanyaan Chino, Mocca malah tersenyum sambil mengarahkan payung itu kepada Chino. Jadi, kini giliran tubuh Mocca yang tidak terpayungi.

“Dasar bodoh…padahal dari tadi kau membawa jaket, dirimu sendiri malah memakai T-shirt tipis seperti itu. Padahal kau membawa payung! kenapa tidak di pakai??”

 Chino menggaruk kepalanya. ‘Benar juga, kenapa aku tidak memakai payungnya ya…’ pikirnya.

“Tat…tapi kan aku membawa jaket dan payung ini untukmu tau!” ujar Chino memberi pembelaan.

“Tetap saja!, harusnya kau juga pake jaket dan pakai payung dulu! Kau itu sedang sakit…sekarang malah kehujanan begini. Gimana kalau tambah parah???”

“Tapi kan kau juga sedang alergi!”

“Kau harusnya mementingkan dirimu sendiri tau!”

Hah…memang percuma saja pembelaan Chino, laki-laki…akan selalu kalah dalam hal mengomel. Sudahlah.
“Oke, Maaf” Ujar Chino pasrah ; akhirnya.

Saat itu juga, dengan tiba-tiba, Mocca memeluk tubuh Chino.

“Terimakasih…Terimakasih..” Bisiknya, tapi Chino masih bisa mendengarnya ; dengan jelas.

“Kau , tidak boleh seperti ini lagi! Membuatku khawatir tau!” Ucap Mocca sambil perlahan-lahan melepas pelukannya.

Chino? Masih terlalu gembira dengan kejadian barusan.
‘aku mendapatkan sebuah pelukan dari Mocca??Mocca memelukku??Oh Tuhan Mocca memelukku!!!’ ujar hatinya gegap gempita. Walaupun nyatanya, di luar, Chino berusaha keras menyembunyikan kebahagiaanya. Karna…kalau tidak seperti ini, Chino mungkin sudah tertawa dan melompat-lompat seperti orang gila.

“Sama-sama” ucapnya sambil berusaha tersenyum sekeren dan semanis mungkin, lalu di balas senyum yang lebih manis dari Mocca. Untuk beberapa detik, adegan itu terus berlanjut.

“Ayo pulang. Biar adil…kita pakai payung ini berdua” Ujar Chino memecah suasana.

“Baiklah..”

Tepat beberapa langkah dari tempat mereka berdiri, perlahan-lahan hujan menyusut menjadi gerimis, lalu berhenti. Mereka kompak mendongakan kepalanya kelangit, saling pandang, dan terkekeh.
“lagi pula sebenarnya…kalaupun hujan, percuma saja kita pakai payung..” ucap Chino sambil terkekeh.
Chino menutup payungnya, lalu memegannya dengan tangan sebelah kiri. Karna sekarang…tangan sebelah kanannya ia gunakan utuk menggenggam tangan Mocca.

Mereka pulang bersama. Chino mengantar Mocca ke rumahnya, untungnya jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.

 Soal sakit Chino?Alergi Mocca? Lupakan! Karna mereka sendiri sudah lupa . Terlalu sibuk dengan rasa bahagia di hati mereka. J
.
.
.
.
(Epilog)

Keesokan harinya…keadaan Chino memburuk, sampai tidak sangup berdiri dari ranjangnya. Sementara Mokka…langsung di bawa oleh ibunya ke dokter spesialis kulit karna alerginya yang  terus bertambah banyak dan memerah. Dan sepertinya hari senin nanti, bangku mereka akan kosong sampai waktu yang tidak bisa di tentukan.


End








No comments:

Post a Comment

Comment Please~~